Jika dilihat lebih jauh peternakan merupakan suatu usaha yang sangat menjanjikan untuk kedepannya. Dari fakta yang ada sangat banyak manusia yang mengkonsumi daging hewan, setiap hari lebih dari 380 juta hewan setiap hari dan 140 miliar hewan yang dikonsumsi manusia dalam satu tahun. Melihat fakta di atas memang sangat menjanjikan apabila menjadi seorang peternak. Dengan semakin banyaknya orang mengkonsumsi daging, telur, susu, dan hasil ternak lainnya, maka akan semakin besar peluang untuk menjadi peternak sukses.
Dengan peluang yang besar tersebut ternyata peternakan memiliki kekurangan yang memang bisa dibilang memprihatinkan, karena semakin banyaknya peternakan yang tidak bisa memanfaatkan sisa yang tidak terpakai maka akan semakin banyak pula gas metan yang dihasilkan. Gas Metan ini salah satu penyebab pemanasan global. Pemanasan global menjadi isu global yang semakin memprihatinkan, dengan suhu dunia meningkat dan dampaknya yang semakin terasa. Salah satu sektor yang juga memberikan kontribusi pada pemanasan global adalah peternakan. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang kontribusi peternakan pada pemanasan global.
Sebagai calon peternak professional dan menciptakan peternakan yang ramah, ada baiknya kita ketahui lebih dalam kontribusi peternakan dalam pemanasan global.
Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang kontribusi peternakan dalam pemanasan global. Kami akan menjelaskan secara detail tentang dampak buruk peternakan pada lingkungan dan bagaimana praktik peternakan yang tidak berkelanjutan dapat menyebabkan perubahan iklim. Kami juga akan membahas solusi alternatif untuk mengurangi kontribusi peternakan dalam pemanasan global melalui praktik peternakan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Kontribusi Peternakan dalam Pemanasan Global
Setiap kali mendiskusikan penyebab perubahan iklim, bahan bakar fosil menempati urutan teratas. Minyak bumi, gas alam, dan terutama batu bara memang sumber utama emisi karbon dioksida (CO2) dan gas-gas rumah kaca lainnya (GRK) yang disebabkan oleh manusia. Tetapi siklus gas rumah kaca dan mata rantai industri peternakan hewan sebagai makanan telah disepelekan, padahal kenyataannya industri peternakan bertanggung jawab terhadap setidaknya setengah dari seluruh gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.
Jika kita melihat Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) tahun 2006 yang telah dikutip secara luas, memperkirakan emisi yang setara dengan 7.516 juta metrik ton ekuivalen CO2 (CO2e) per tahun, atau 18% emisi gas rumah kaca dunia setiap tahun yang diakibatkan oleh hewan ternak, sapi, domba, kambing, unta, kuda, babi, dan unggas. Peternakan melepas 9% karbondioksida dan 37 gas metana (23 kali lebih berbahaya dari CO2). Selain itu, kotoran ternak menyumbang 65% nitrooksida (296 kali lebih berbahaya dari CO2), serta 64% ammonia penyebab hujan asam. Tetapi analisa FAO memperlihatkan bahwa peternakan dan hasil sampingnya sebenarnya bertanggung jawab setidaknya 32.564 juta metrik ton CO2e per tahun, atau 51% dari seluruh emisi gas rumah kaca dunia setiap tahun.
Sebanyak 37% metana yang dihasilkan oleh manusia berasal dari hewan ternak. Meskipun efek pemanasan metana di atmosfer lebih kuat daripada CO2, tetapi keberadaannya di atmosfer hanya sekitar 8 tahun, dibandingkan CO2 yang ada di atmosfer setidaknya selama 100 tahun. Sebagai hasilnya, pengurangan metana yang signifikan dari peternakan di seluruh dunia akan mengurangi GRK secara lebih cepat dibandingkan penerapan energi terbarukan dan efisiensi energi.
Ancaman utama dari perubahan iklim adalah pertumbuhan populasi manusia, pertumbuhannya diperkirakan sekitar 35 persen antara tahun 2006 hingga 2050. Dalam periode yang sama, FAO memproyeksikan bahwa jumlah peternakan di seluruh dunia akan meningkat dua kali lipat, sehingga emisi GRK (gas rumah kaca) akibat peternakan juga akan meningkat kurang lebih dua kali lipat (atau meningkat sedikit bila semua rekomendasi FAO diterapkan secara utuh), sementara itu diharapkan bahwa GRK dari industri lain akan menurun. Hal ini akan menyebabkan jumlah emisi akibat peternakan bahkan lebih tidak dapat diterima dibandingkan tingkat bahaya yang ditetapkan saat ini. Hal ini juga berarti bahwa strategi yang efektif harus melibatkan penggantian produk peternakan dengan produk pengganti yang lebih baik, alih-alih hanya mengganti satu produk daging dengan produk daging lainnya yang dianggap lebih rendah jejak karbonnya.
Tidak bisa dipungkiri Peternakan memiliki peran penting dalam kontribusinya pada pemanasan global. Berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), sekitar 14,5% dari total emisi gas rumah kaca global berasal dari sektor peternakan. Angka ini lebih besar dari emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sektor transportasi.
Diperkirakan 30% daratan bebas es di bumi digunakan untuk produksi daging, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mencairnya es di Arktika tidak akan menaikkan level permukaan air laut, melainkan akan mempercepat siklus pemanasan global itu sendiri. Bila es di Arktika mencair semua, 80% sinar matahari yang sebelumnya dipantulkan akan diserap 95% oleh air laut. Konsekuensi lanjut adalah potensi terlepasnya 400 miliar ton gas metana. Peternakan juga adalah penggerak utama dari penebangan hutan. Diperkirakan 70% bekas hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak.
Jika dilihat dalam waktu jangka yang lebih pendek, metana memiliki dampak yang sangat besar. Dan jika berada di atmosfer dan bereaksi, maka akan lebih besar dampak yang ditimbulkan. Dengan begitu gas rumah kaca yang dihasilkan dalam produki daging lebih tinggi daripada transportasi. Di sisi lain efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Akan tetapi apabila telah berlebihan di atmosfer, maka akan mengakibatkan pemanasan global.
Selain kerusakan terhadap lingkungan dan ekosistem, tidak sulit untuk menghitung bahwa industri ternak sama sekali tidak hemat energi. Industri ternak memerlukan energi yang berlimpah untuk mengubah ternak mejadi daging olahan.
Dengan menggabungkan biaya energi, konsumsi air, penggunaan lahan, polusi lingkungan, kerusakan ekosistem, tidaklah mengherankan jika satu orang berdiet daging dapat memberi makan 15 orang berdiet tumbuh-tumbuhan atau lebih. Dengan jumlah yang besar itu, peternakan sangat jelas memenuhi syarat untuk mendapat penanganan khusus dalam perubahan iklim.
Kontribusi ini terutama berasal dari proses produksi dan pemrosesan produk peternakan. Proses produksi pakan ternak menggunakan banyak energi fosil, seperti bahan bakar traktor dan mesin pengolah pakan. Selain itu, dalam produksi daging, susu, dan produk peternakan lainnya, hewan ternak mengeluarkan gas metana selama proses pencernaan dan limbah hewan yang tidak terkelola dengan baik.
Penggunaan lahan untuk peternakan juga memiliki dampak besar pada perubahan iklim. Peternakan memerlukan lahan yang luas untuk menyediakan pakan dan tempat hidup bagi hewan ternak. Kegiatan ini menyebabkan deforestasi dan konversi lahan hutan menjadi lahan peternakan yang berdampak pada pelepasan gas rumah kaca dari tanah yang terganggu dan berkurangnya kapasitas penyerapan karbon oleh hutan. Penebangan hutan ini tidak hanya melepaskan karbon yang tersimpan dalam tumbuhan dan tanah, tetapi juga mengurangi kapasitas penyerapan karbon oleh hutan.
Selain itu, penggunaan pupuk dan limbah hewan pada lahan peternakan juga dapat menyumbang emisi gas rumah kaca. Pupuk yang digunakan untuk menumbuhkan pakan ternak mengandung nitrogen, yang dapat diubah menjadi gas nitratoksida, yang juga merupakan gas rumah kaca yang kuat. Limbah hewan yang tidak terkelola dengan baik juga dapat menghasilkan gas metana dan nitratoksida yang merusak lingkungan. Selain itu, pupuk dan limbah hewan yang terakumulasi pada lahan peternakan juga menyumbang emisi gas rumah kaca.
Kegiatan peternakan juga dapat merusak lingkungan dan keanekaragaman hayati. Praktik peternakan yang tidak berkelanjutan, seperti penggunaan pakan yang tidak ramah lingkungan, penggunaan antibiotik secara berlebihan, dan penggunaan pestisida pada lahan peternakan, dapat merusak lingkungan dan mengancam keberlangsungan hidup spesies liar.
Solusi untuk Mengurangi Kontribusi Peternakan dalam Pemanasan Global
Dalam rangka mengurangi kontribusi peternakan pada pemanasan global, perlu dilakukan beberapa solusi. Solusi untuk mengurangi kontribusi peternakan dalam pemanasan global adalah dengan mengadopsi praktik peternakan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Beberapa contoh solusinya adalah pengurangan konsumsi produk hewani, penggunaan pakan yang berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan, pengelolaan limbah hewan yang lebih baik, dan pengurangan penggunaan antibiotik dan pestisida pada lahan peternakan.
Selain itu, praktik peternakan berbasis agroforestry juga dapat membantu mengurangi dampak buruk peternakan pada lingkungan.Beberapa solusi yang dapat diadopsi adalah mengurangi konsumsi produk hewani, memperbaiki manajemen limbah hewan, menggunakan pakan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta melakukan praktik peternakan berbasis agroforestry untuk meningkatkan kapasitas penyerapan karbon oleh tanaman.
Peternakan yang Berkelanjutan
Peternakan berkelanjutan adalah sistem produksi peternakan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan produk peternakan, sambil memperhatikan kesejahteraan hewan ternak, kesehatan manusia, dan keberlanjutan lingkungan.
Prinsip-prinsip utama peternakan berkelanjutan meliputi:
- Kesejahteraan hewan ternak
Peternakan berkelanjutan memperhatikan kesejahteraan hewan ternak dengan memberikan pakan yang sesuai, perlindungan dari kondisi cuaca yang ekstrem, dan memberikan akses ke ruangan yang cukup untuk bergerak.
- Konservasi sumber daya alam
Peternakan berkelanjutan mempertimbangkan konservasi sumber daya alam dengan meminimalkan penggunaan bahan kimia dan pestisida dalam produksi pakan ternak, serta mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan pupuk dan pestisida pada tanaman pakan.
Peternakan berkelanjutan juga memperhatikan kesehatan manusia dengan meminimalkan penggunaan antibiotik pada hewan ternak dan memastikan produk peternakan yang dihasilkan aman dikonsumsi manusia.
Peternakan berkelanjutan juga memperhatikan keberlanjutan ekonomi dengan menciptakan nilai tambah pada produk peternakan, mendukung ekonomi lokal, dan mempromosikan praktik peternakan yang berkelanjutan.
Alternatif Peternakan yang Berkelanjutan
Saat ini, banyak peternak dan pelaku industri peternakan yang sedang mencari alternatif peternakan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Beberapa alternatif peternakan yang dapat diadopsi antara lain:
Peternakan organik menghasilkan produk peternakan tanpa menggunakan pestisida dan bahan kimia sintetis dalam pakan ternak. Peternakan organik juga memperhatikan kesejahteraan hewan ternak dan meminimalkan penggunaan antibiotik.
Peternakan lokal mendukung ekonomi lokal dan mengurangi jejak karbon dari pengiriman produk peternakan jarak jauh. Peternakan lokal juga mempromosikan jenis pakan lokal dan tradisional, serta mengurangi konsumsi pakan yang diproduksi secara massal.
Peternakan vertikal adalah sistem peternakan yang dapat ditempatkan di dalam gedung-gedung bertingkat atau kota. Sistem ini menggunakan teknologi yang efisien dan ramah lingkungan, seperti penggunaan LED untuk pencahayaan dan sistem irigasi otomatis yang menghemat air.
Peternakan insektivora adalah produksi protein hewani yang menggunakan serangga sebagai pakan ternak. Sistem ini dapat mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan pakan ternak yang biasanya diproduksi dengan bahan pakan yang memerlukan lahan yang luas.
Peternakan agroforestry adalah sistem peternakan yang dilakukan di bawah naungan pohon-pohonan. Sistem ini memanfaatkan lahan yang ada dan dapat membantu meningkatkan kapasitas penyerapan karbon oleh tanaman.
Alternatif peternakan yang berkelanjutan ini membutuhkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Selain itu, perlu juga dilakukan edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya mengadopsi praktik peternakan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mengurangi kontribusi peternakan pada pemanasan global.
Keuntungan dari peternakan berkelanjutan
Dengan melakukan peternakan dengan konsep berkelanjutan memiliki beberapa keuntungan, diantaranya,
- Mengurangi dampak lingkungan dari praktik peternakan konvensional
- Meningkatkan kesejahteraan hewan ternak
- Meningkatkan nilai tambah produk peternakan
- Membantu mendukung ekonomi lokal
Tantangan dari peternakan berkelanjutan
Banyak keuntungan yang didapatkan dengan melakukan peternakan yang berkelanjutan, tetapi bukan tanpa kendala dan tantangan. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam menerapkan peternakan yang berkelanjutam diantaranya adalah:
- Membutuhkan investasi dan biaya yang lebih tinggi
- Memerlukan pendidikan dan pelatihan bagi peternak
- Kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat
Dampak Positif dari Praktik Peternakan Berkelanjutan pada Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati
Praktik peternakan berkelanjutan dapat memberikan dampak positif pada lingkungan dan keanekaragaman hayati, antara lain:
- Mengurangi emisi gas rumah kaca
- Meningkatkan kualitas tanah dan air
- Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati
- Meningkatkan kapasitas penyerapan karbon oleh tanaman
Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Peternakan memang memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemanasan global. Namun, kita juga dapat mengurangi kontribusi peternakan dalam pemanasan global dengan menerapkan praktik peternakan berkelanjutan.
Praktik peternakan berkelanjutan dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan kesejahteraan hewan ternak, dan memelihara lingkungan dan keanekaragaman hayati. Terdapat berbagai jenis peternakan alternatif yang berkelanjutan seperti peternakan organik, peternakan rumah tangga, peternakan sapi penggembalaan, peternakan berbasis tanaman, dan peternakan berkelanjutan berbasis teknologi.
Namun, untuk menerapkan praktik peternakan berkelanjutan, kita juga perlu menghadapi beberapa tantangan seperti biaya awal yang tinggi, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, serta kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk mengembangkan program-program dan memfasilitasi praktik peternakan yang berkelanjutan.
Dengan mengurangi kontribusi peternakan dalam pemanasan global, kita dapat membantu menjaga lingkungan dan keanekaragaman hayati untuk generasi mendatang. Kita semua perlu berperan aktif dalam mengembangkan praktik peternakan berkelanjutan dan memperjuangkan lingkungan yang lebih sehat dan lestari.
Posting Komentar untuk "Kontribusi Peternakan dalam Pemanasan Global"