Bungkil Tengkawang
Tanaman tengkawang (Shorea spp) termasuk famili Dipterocaepacea, tumbuh dengan baik di daerah tropis yang mempunyai curah hujan tinggi seperti Afrika, India, New Guinea dan Malaya. Di Indonesia, pohon tengkawang tumbuh dengan baik di daerah terutama di Kalimantan Barat. Famili ini terdiri dari 13 genera yang meliputi kira-kira 300 species. Genera yang penting sebagai sumber biji tengkawang adalah Shorea spp (Ketaren, 1986).
Taksonomi tengkawang adalah sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Dipterocarpaceae
Genus : Shorea
Spesies : Shorea spp
Product | Quantity (Tonnes) | Value (US$) | Price (fob) (US$/tonne) |
Black illipe | 210 | 105,000 | 500.00 |
Brown illipe | 13,361 | 7,649,035 | 572.49 |
Biji tengkawang merupakan penghasil lemak yang baik untuk di konsumsi langsung dan untuk industri, misalnya sebagai minyak goreng, campuran kosmetik, obat-obatan, pembuatan sabun, lilin dan permen coklat. Minyak tengkawang sebagian besar diekspor ke Eropa sudah sejak lama biji dan mentega tengkawang diekspor ke Jerman dengan nama Borneo dan juga ke Jepang.
Tengkawang merupakan pengganti mentega coklat dalam pembuatan coklat dan margarin, karena sifat lemak tengkawang yang hampir sama dengan lemak coklat. Minyak tengkawang merupakan sumber kalori, menambah cita rasa bahan pangan dan sebagai sumber asam lemak esensial (jumlah asam oleat sebesar 38% dari total asam lemak) (Ketaren, 1986).
Ekstraksi biji tengkawang ini, selain menghasilkan minyak, juga menghasilkan bungkil tengkawang. Bungkil tengkawang sudah digunakan sebagai bahan pakan alternatif dalam pembuatan ransum sapi daging, khususnya sebagai komponen konsentrat, sebagai pakan sumber energi. Protein yang terkandung berkisar antara 10 sampai 13%.
Bungkil tengkawang merupakan hasil ikutan dari ekstraksi lemak biji tengkawang. Bungkil tengkawang berdasarkan analisa memiliki kandungan air sebesar 6,85% dan zat-zat makanan lainnya berdasarkan bahan kering adalah sebagai berikut, protein 11,95%, serat kasar 4,41%, lemak 11,02%, BETN 66,33% dan Abu 6,29%.
Bungkil ini, walaupun non-toksik, tetapi mengandung asam tanin sehingga dapat mempengaruhi pemanfaatannya oleh ternak. Di Eropa, pemakaian bungkil tengkawang sebagi paka sapi daging sudah dilakukan sejak tahun 1940-an. Karena protein bungkil tengkawang yang berkisar antara 10-13%. Di Indonesia khususnya di Bogor, pemakaian bungkil tengkawang sebagai bahan pakan sapi daging sudah dilakukan dengan level sampai 10% (kasus di peternakan Bogor). Selanjutnya dikatakan bahwa sampai level 10% tidak memberikan pengaruh yang negatif terhadap performans sapi daging tersebut (pembicaraan pribadi dengan Bu Titin, Kepala Bagian Agribisnis Pakan Ternak CV. Dwi Darma Bogor)
Posting Komentar untuk "Bungkil Tengkawang"