Pengertian Teori Produksi dan Konsep Dasarnya
Produksi adalah hubungan fisik atau hubungan teknis antara jumlah faktor produksi yang dipakai dengan jumlah yang dihasilkan.
Secara matematis:
Y = f ( X)
atau Y adalah fungsi dari... , tergantung pada…, atau ditentukan oleh X.
Faktor produksi yang digunakan dalam suatu proses produksi itu dalam kenyataannya lebih dari satu macam sehingga fungsi produksi tersebut bisa berbentuk fungsi linier, kuadratik, Cobb-Douglas atau bentuk lainnya,
Fungsi produksi yang umum (fungsi produksi klasik) dapat dinyatakan sebagai berikut:
Y = f ( X1 / X2, X3,…, Xn)
Faktor Produksi
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi dibagi menjadi dua jenis:
Faktor Produksi Tetap (Fixed factor of production), yaitu faktor produksi yang sifatnya tidak habis dipakai dalam satu periode produksi serta relatif tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan.
Contoh: kandang, peralatan tahan lama, kendaraan, mesin pelet dan lain-lain.
Faktor Produksi Variabel (Variable factor of production),yaitu faktor produksi yang sifatnya habis dipakai dalam satu periode produksi, serta besar penggunaannya sangat berkaitan dengan jumlah produk yang dihasilkan.
Contoh: pakan, doc, bahan bakar dan lain-lain.
Dalam suatu fungsi, maka fungsi produksi dapat dituliskan:
Y = f ( X1 / X2, X3, …, Xn )
Produk Y merupakan fungsi dari faktor produksi variabel X1, jika faktor produksi tetap X2, X3, …, Xn ditetapkan pemakaiannya pada tingkat tertentu.
Ukuran Produktivitas
Bentuk Kenaikan Hasil
4.2. HUKUM KENAIKAN HASIL YANG MAKIN BERKURANG (The Law of Diminishing return)
Dalam suatu proses produksi apabila secara berturut-turut ditambahkan satu satuan faktor produksi variabel pada faktor produksi tetap, pada tahap awal, produksi total akan bertambah dengan pertambahan yang makin bsar, tetapi sampai pada tingkat tertentu pertambahannya akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif, dan ini mengakibatkan pertambahan produksi total semakin kecil sampai mencapai produksi maksimal dan kemudian produksi total menurun.
Sifat dari The Law of Diminishing Return:
- Penambahan terus menerus faktor produksi menyebabkan produk total meningkat sampai tingkat tertentu (x=8 dan Y=240)
- Mula-mula terjadi kenaikan hasil bertambah, produk marjinal semakin besar (naik).
- Pada saat fungsi produksi total mencapai titik balik (inflection point), produk marjinal mencapai titik maksimum (x=4 dan MP=50)
- Sesudah titik balik terjadi kenaikan hasil yang semakin berkurang (produk marjinal menurun).
- Pada tingkat produksi total maksimum, produk marjinal sama dengan nol (0).
- Sesudah produk total maksimum, produk marjinal mempunyai nilai negatif
Pengertian Kurva Produk Total, Produk Rata-rata dan Produk Marjinal.
a. Kurva Produk Total (KPT) atau Total Physical Product (TPP), adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara faktor produki yang digunakan dengan produk yang dihasilkan.
b. Kurva Produk Rata-Rata (KPR) atau Average Physical Product (APP) adalah kurva yang menunjukkan hubungan antar faktor produksi yang digunakan dengan produk rata-rata pada berbagai tingkat pemakaian faktor produksi. Produk rata-rata adalah jumnlah produk yang dihasilkan untuk setiap penggunaan satu satuan faktor produksi. Apabila jumlah produk dinyatakan dengan Y dan jumlah faktor produksi yang digunakan adalah X maka produk rata-rata adalah Y/X.
c. Kurva Produk Marjinal (KPM), atau Marginal Physical Product (MPP) adalah kurva yang menunjukkan hubungan antar faktor produksi dengan produk marjinal pada berbagai tingkat pemakaian faktor produksi. KPM akan mencapai tingkat maksimum pada inflection point (titik balik) KPT dan pada KPT maksimum KPM mencapai titik nol. Produk marjinal adalah penambahan produk yang diperoleh karena penambahan faktor produksi satu satuan (DY / DX).
Ep = PM / PR
4.3. HUBUNGAN ANTAR FAKTOR PRODUKSI
Hubungan Antar Faktor Produksi
Dalam proses produksi ternak tidak hanya satu jenis faktor produksi yang digunakan, misalnya rumput dan konsentrat pada penggemukan ternak potong. Pemberian konsentrat yang lebih banyak dapat mengurangi penggunaan rumput atau sebaliknya. Contoh lain misalnya penggunaan teknologi yang lebih maju berkaitan dengan berkurangnya penggunaan jumlah tenga kerja manusia dan lain-lain. Dalam proses produksi kombinasi apapun yang dipakai tujuannya adalah berupaya untuk menekan biaya produksi sekecil mungkin (least cost combination) atau kombinasi faktor poduksi yang menghasilkan biaya yang paling murah. Sementara itu kemampuan satu faktor produksi X2 (misalnya konsentrat) untuk menggantikan faktor produksi X1 (misalkan rumput) disebut Daya Substitusi Marjinal (DSM).
Dalam kaitannya dengan kemampuan satu faktor produksi menggantikan faktor produksi yang lain dalam suatu proses produksi ada tiga macam pola hubungan antar input:
1. Hubungan dengan Daya Substitusi Tetap (DSM Tetap), yaitu bila penambahan satu satuan faktor produksi yang satu (X1) menyebabkan pengurangan faktor produksi yang lain (X2), dalam jumlah yang tetap, sementara jumlah produk yang dihasilkan tidak berubah (iso produk).
2. Hubungan Komplementer, yaitu bila kedua jenis faktor produksi harus dikombinasikan dalam satu perbandingan yang tetap. Misalnya X1 = 1 satuan dan X2 = 4 satuan. Apabila X1 = 5 satuan maka X2 = 20 satuan.
3. Hubungan dengan Daya Substitusi yang Semakin Berkurang, yaitu apabila dalam kondisi iso produk, penggunaan jumlah faktor produksi yang satu (X1) dapat digantikan oleh faktor produksi kedua (X2) dengan penggunaan yang semakin kecil.
4.4. HUBUNGAN ANTAR HASIL PRODUKSI
Hubungan Antar Hasil Produksi
Dalam praktek usaha produksi sering menghasilkan tidak hanya satu macam produk, tetapi beberapa produk dihasilkan dalam satu kali proses produksi. Usahaternak sapi perah menghasilkan susu dan daging, usahaternak ayam petelur menghasilkan telur dan daging atau usahaternak domba menghasilkan wool dan daging.
Kombinasi berbagai produk yang dihasilkan dari sejumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi membentuk empat macam pola hubungan antar hasil produksi:
1. Joint Products (Produk-produk dihasilkan secara bersama), yaitu dua macam produk dihasilkan secara bersamaan dalam sekali proses produksi.
2. Complementary Products (Produk-produk Komplemen), yaitu dua produk dihasilkan dengan pola kenaikan produk yang satu diikuti oleh kenaikan produk yang lainnya, pada penggunaan faktor produksi tertentu.
3. Supplementary Products (Produk-produk Suplemen), yaitu bila kenaikan produk yang satu tidak mempengaruhi produk yang lain dalam satu proses produksi.
4. Competitive Products (Produk-produk Bersaing), yaitu bila kenaikan produk yang satu mengakibatkan turunnya produk yang lain.
4.5. KONSEP DASAR BIAYA PRODUKSI
Setiap perusahaan harus memperhatikan biaya, baik itu perusahaan peternakan maupun perusahaan lainnya, karena setiap rupiah yang dikeluarkan akan mengurangi laba perusahaan. Biaya produksi adalah jumlah kompensasi yang diterima pemilik faktor produksi yang dipergunakan dalam proses produksi yang bersangkutan. Konsep biaya sangat erat hubungannya dengan jumlah produk yang dihasilkan, sehingga dikenal ada Biaya Total, Biaya Tetap, Biaya Variabel, Biaya Rata-tata dan Biaya Marjinal Biaya total (total cost) adalah seluruh biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi tiap tingkat output. Biaya total Total Cost (TC) dibagi atas dua bagian yaitu Biaya Tetap atau Fixed Cost (FC) dan biaya variabel atau variable cost (VC). Secara matematis dapat dituliskan:
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak berubah dengan berubahnya produksi. Biaya ini sering pula disebut sebagai biaya prasarana atau biaya tak terhindarkan. Dalam suatu usahaternak, biaya ini umumnya untuk membeli faktor produksi yang tidak habis pakai dalam satu kali proses produksi, misalnya kandang, mesin perah susu, kendaraan, sapi perah dan lain-lain
Biaya variabel (variable cost) adalah seluruh biaya yang berubah langsung mengikuti perubahan produk, bila produk naik maka biaya variabel akan naik dan sebaliknya. Dalam usahaternak pada umumnya berasal dari faktor produksi yang habis dalam satu kali proses produksi, misalnya pakan, bahan bakar, obat-obatan dan lain-lain.
Pada ilustrasi 4.6. tampak bahwa kurva biaya tetap merupakan garis lurus sejajar sumbu x (output) karena besarnya tidak dipengaruhi besarnya produk. Berapapun tingginya produk, biaya tersebut jumlahnya tetap. Pada kurva biaya variabel tampak melengkung mengikuti efisiensi penggunaan faktor produksi. Apabila secara teknis penggunaan faktor produksi efisien (yang digambarkan oleh elastisitas produksi) maka biaya variabelnya akan rendah, sehingga bila ada kenaikan efisiensi penggunaan faktor produksi maka akan ada penurunan biaya variabel dan sebaliknya bila ada penurunan efisiensi faktor produksi menyebabkan kenaikan biaya variabel. Sementara kurva biaya total merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya rata-rata (average cost) adalah biaya keseluruhan untuk menghasilkan suatu output tertentu dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan atau merupakan biaya per unit produksi. Biaya rata-rata dapat dibedakan atas Biaya Total Rata-rata (ATC), Biaya tetap Rata-rata (AFC) dan Biaya Variabel Rata-rata (AVC).
Biaya variabel rata-rata adalah total biaya variabel dibagi dengan total jumlah produksi atau biaya variabel per satu satuan output.
Apabila faktor produksi variabel adalah X ,dan harganya Hx,
maka biaya variabel adalah VC = X.Hx.
Apabila output adalah Y, maka AVC = X.Hx / Y.
= X/Y . Hx
Y/X = produksi rata-rata, maka AVC = Hx / Produksi Rata-rata atau
= Hx / PR
Oleh karena itu apabila: PR meningkat à AVC akan turun
PR max à AVC minimum
PR turun à AVC naik
Biaya variabel rata-rata akan turun dan naik bila produksi ditingkatkan, tetapi biaya tetap rata-rata akan terus menerus turun bila jumlah produk ditingkatkan.
Biaya marjinal (manginal cost) adalah besarnya tambahan biaya sebagai akibat bertambahnya satu satuan produk yang dihasilkan.
Oleh karena itu apabila: MP meningkat à MC turun
MP maksimum à MC minimum
MP turun à MC naik
Bagaimana hubungan antara kurva produksi dan biaya produksi bahwa :
§ Pada saat saat kurva TP mencapai titik balik dari increasing ke decreasing return, saat itu kurva PM mencapai maksimum dan kurva MC mencapai minimum.
§ Pada saat EP=1 (membentuk sudut α maksimum), maka kurva PM berpotongan dengan AP (PM=AP) dan pada saat itu pula kurva MC berpotongan dengan AVC (MC=AVC) dimana pada saat itu AP ada pada tingkat maksimum dan AVC ada pada tingkat minimum.
§ Pada saat kurva TP mencapai maksimum, maka kurva ATC mencapai minimum. Pada saat itu PM =0 dan kurva ATC berpotongan dengan MC
Teori produksi,Analisis produksi,Pendekatan produksi,Proses produksi,Fungsi produksi,Teknik produksi,Kombinasi produksi,Hukum produksi,Konsep produksi,Produktivitas,Biaya produksi,Produksi mikro,Produksi makro,Produksi dan pemasaran,Teori produksi dalam ekonomi
4.6. KAPASITAS PRODUKSI, HARGA DAN KEUNTUNGAN MAKSIMUM
Kapasitas produksi suatu perusahaan sangat ditentukan oleh perkembangan harga produk di pasar. Perusahaan yang rasional akan menentukan kapasitas produksi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan maksimum. Kurva biaya produksi diturunkan dari kurva produksi oleh karena itu penentuan kapasitas produksi dapat didekati melalui pendekatan kurva biaya dimana keuntungan maksimum akan dicapai pada saat MC = MR dan = Hy
Untuk memperoleh keuntungan maksimum maka kapasitas produksi harus diatur sebagai berikut:
§ Bila harga produk (Y) = H1 à kapasitas produksi harus sebesar Y1 (saat MC=MR=Hx) , pada posisi demikian dengan ATC sebesar Y1K atau OB1
Berarti penerimaan = OY1. Y1L atau OY1.OH1
Biaya = OY1.OK atau OY1.OB1
Keuntungan = (OY1.OH1) – (OY1.OB1) atau B1H1 . B1K.
§ Bila harga Y = H2 (saat ATC = MC)
Maka kapasitas produksi harus Y2 agar keuntungan maksimum yaitu saat (MC = MR=Hx).
Berarti penerimaan = OY2. Y2M atau OY2.OH2
Biaya = OY2. Y2M atau OY2.OH2
Keuntungan = 0 (Normal profit) artinya tidak ada keuntungan dan tidak ada kerugian.
Oleh karena itu mulai titik M (ATC = MC) ke kanan, atau kapasitas produksi > Y2 dimulainya kurva penawaran.
§ Bila harga Y = H3 (AVC = MC)
Agar keuntungan maksimum kapasitas produksi harus Y3
Penerimaan = OY3. Y3Q atau OY3. OH3
Biaya = OY3.Y3P atau OY3.OH5 à biaya lebih besar dari penerimaan
Besar kerugian = H3QPH5
Dalam keadaan tersebut perusahaan masih bisa berproduksi meskipun tidak mampu bayar AFC, karena seluruh penerimaan hanya cukup untuk menutup seluruh biaya variabel saja.
§ Bila harga Y = H4 (saat AFC = MC)
Agar keuntungan maksimum maka kapasitas produksi harus Y4
Penerimaan = OY4.Y4R atau OY4.OH4
Biaya = OY4.Y4S atau OY4.OH6
Terimakasih kak sangat membantu
BalasHapus